Rabu, 20 Maret 2013
Berderma Kepada Seekor Anjing
Suatu hari ‘Abdullah bin Ja’far memasuki sebuah perkebunan
kurma. Di sana ia lihat seorang anak kecil berkulit hitam menjaga perkebunan
tersebut. Di tangannya tampak beberapa potong roti. Tak lama kemudian terlihat
seekor anjing memasuki perkebunan itu. Sang budak kecil melemparkan sepotong
roti kepadanya. Anjing itu memakannya dengan lahap. Budak itu kemudian
memelemparkan dua potong roti lagi. Anjing tersebut menyantapnya tanpa sisa.
“Duhai anakku, dalam sehari, kau makan apa?” tanya ‘Abdullah
bin Ja’far penasaran.
“Tiga potong roti yang kau lihat,” jawabnya.
“Mengapa kau lebih mengutamakan anjing itu dan memberikan
semua rotimu kepadanya?”, tanya ‘Abdullah.
“Di kawasan ini tidak ada anjing, dia datang dari tempat
yang jauh. Dia tentu lapar. Aku tak mau dia kelaparan sedangkan aku kenyang,”
jawab anak kecil itu.
“Lalu apa yang akan kau makan hari ini?” tanya ‘Abdullah.
“Hari ini aku akan berpuasa,” jawabnya.
“Budak kecil ini lebih dermawan dariku,” ujarnya.
‘Abdullah membeli perkebunan kurma tersebut beserta budak
kecil itu dan segala peralatannya, kemudian membebaskan Sang budak dan
menghadiahkan kebun kepadanya.
Hikmah di Balik Kisah
Jika seseorang yang berharta berderma itu hal yang biasa,
tapi jika seorang yang kekurangan harta berderma itu adalah hal yang luar
biasa. Kisah diatas mengajarkan banyak hal, diantaranya adalah sifat itsar, yaitu mengutamakan orang lain
meskipun kita berasa dalam kesulitan dan kesempitan. Bayangkan, seorang budak
kecil rela mendermakan jatah makannya kepada seekor anjing. Dia tahu bahwa
anjing itu lelah dan lapar, sebab ia berasal dari daerah yang jauh. Sikap ini
timbul dadri jiwa yang penuh kasih. Rasulullah saw bersabda,
“Orang-orang yang berjiwa kasih akan dikasihi oleh Allah yang Maha Pengasih. Kasihanilah yang di langit akan mengasihi (menyayangi) kalian.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)
Anak kecil itu telah memiliki kepekaan sosial yang sangat
tinggi. Karena mengasihi seekor anjing, ia pun memperoleh kasih sayang Allah.
Seketika itu juga ia bebas dari perbudakan dan menjadi jutawan.
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar