Minggu, 17 Maret 2013
Siapa Yang Paling Dermawan ?
Abu Sa’id Al-Harkusyi ra menuturkan:
Di Mesir ada seorang lelaki yang dikenal suka mengumpulkan
dana bagi kaum fakir miskin. Suatu hari, istri seorang lelaki miskin melahirkan
putranya. Lelaki itu datang menemuinya dan berkata, “Istrik melahirkan, tetapi
aku tidak memiliki apa-apa.” Ia mengajak lelaki miskin itu menemui sejumlah
orang. Tetapi, tidak ada seorang pun yang memberikan sumbangan. Ia lalu
menzirahi makam seorang Muslim dan duduk di samping makanya seraya berkata,
“Semoga Allah merahmatimu. Dahulu semasa hidup, engkau suka berdema. Hari ini
aku telah berkeliling mencari dana untuk seorang bayai yang baru lahir, tetapi
tidak ada seorang pun yang membantu.” Lelaki itu lalu berdiri sambil
mengeluarkan satu dinar dari sakunya dan membaginya menjadi dua.
Satu bagian ia
serahkan kepada si miskin sedangkan sisanya ia simpan. Kemudian ia berkata,
“Uang setengah dinar ini kuhutangkan kepadamu. Bayarlah setelah Allah memberimu
rezeki.” Orang miskin itu kembali ke rumahnya dan memanfaatkan uang itu sesuai
kebutuhannya. Malam harinya, sang pencari dana bermimpi bertemu dengan sang
dermawan yang telah meninggal dunia tersebut.
“Aku mendengar semua yang kau ucapkan , tetapi kami tidak
diizinkan untuk menjawab. Datanglah ke rumahku dan katakan kepada anak-anakku
agar mereka menggali tanah di bawah tungku perapian. Disana ada geriba yang
berisi uang sebesar 500 dinar. Serahkan uang itu kepada lelaki miskin tadi,”
ucap lelaki yang telah meninggal dunia tersebut.
Keesokan harinya ia mengunjungi rumah almarhum dan
menceritakan mimpinya kepada anak-anaknya.
“Tunggu sebentar,” ujar mereka setelah mendengar beritanya.
Mereka segera menggali tanah di bawah tungku perapian dan
menemukan uang tersebut tepat seperti yang disebutkan dalam mimpi. Mereka
serahkan itu kepadanya.
“Ini uang warisan, milik kalian. Mimpi tidak dapat dijadikan
sebagai sumber hukum,” ujar pencari dana,
“Ayah kami masih berderma meskipun telah meninggal dunia,
lalu apakah kami yang hidup ini tidak mau berderma?” jawab mereka.
Mereka memaksanya untuk menerima uang tersebut. Ia pun
menerimanya dan memberikan uang itu kepada lelaki miskin yang memohon
bantuaannya. Ia ceritakan asal usul tersebut kepadanya. Anehnya, lelaki miskin
itu hanya mengambil satu dinar kemudian membaginya menjadi dua. Setengah dinar
ia gunakan untuk melunasi hutangnya dan setengahnya lagi ia simpan. Ia lalu
berkat, “Setengah dinar ini cukup bagiku, sedekahkanlah sisanya kepada fakir
miskin lain yang membutuhkan.”
Abu Sa’id pembawa cerita ini, mengatakan, “Aku tidak tahu,
diantara mereka siapa yang paling dermawan.”
Hikmah Dibalik Kisah
Seseorang yang mau merendahkan dirinya demi mencarikan dana
bagi saudara-saudaranya yang tidak mampu memiliki kedudukan yang tinggi di sisi
Allah. Rasulullah saw bersabda :
“Barang siapa meringankan (membebaskan) seorang Mukmin dari sebuah beban duniawi, maka Allah akan meringankan (membebaskan) dia dari sebuah beban di hari kiamat. Dan barang siapa meringankan beban (hutang) seorang yang sedang berada dalam kemiskinan, maka Allanh akan memudahkan (urusannya) di dunia dan akhirat. Dan barang siapa menutup aib seorang Muslim, maka Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
Sayangnya, ibadah yang agung ini tidak banyak manusia yang
mengejarnya. Coba lihat, demi si fakir, lelaki itu segera mendatangi kenalannnya
untuk mencari bantuan. Ketika semua orang menolaknya, ia pantang menyerah. Ia pun
berziarah ke makam seorang dermawan. Ia mengerti bahwa seorang yang telah
meninggal dunia masih dapat mendengar keluh kesahnya, terlebih lagi hamba-hamba
Allah yang shaleh. Allah SWT mewahyukan:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Ali-Imran, 3:169)
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya ketika diletakkan di kubur, mayit mampu mendengar dengan jelas suara alas kaki mereka (para pelayat) ketika meninggalkannya.” (HR. Muslim, Bukhari, Nasai, Abu Dawud, dan Ahmad)
Kesungguhan hatinya membuahkan hasil. Orang yang telah
meninggal dunia itu semasa hidupnya adalah seorang yang dermawan. Sungguh menakjubkan,
setelah meninggal dunia, ia pun masih ingin berderma. Anak-anaknya pun
dermawan, terbukti, ketika harta yang sangat banyak itu ditemukan, mereka tidak
rakus. Mereka mengikuti jejak ayahnya. Dan yang mengharukan, ternyata lelaki
miskin yang sangat membutuhkan uang tersebut hanya mengambil sebatas kebutuhan
dan ia sumbangkan sisanya untuk orang lain yang sedang mengalami kesulitan
seperti dirinya. Cerita diatas sedikit mengajarkan kepada kita empat hal, yaitu
kemauan untuk berkorban, kedermawanan, ke-qona’ahan,
dan kebesaran jiwa untuk mengutamakan orang lain. Empat sifat yang mulai yang
kurang diperhatikan.
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar