Rabu, 20 Maret 2013
Diet Alami Dengan Takut Mati
Seorang pria menjelaskan kepada dokter bahwa istirnya
mandul, tidak dapat hamil. Setelah memeriksa denyut nadi Sang istri, dokter
berkata kepadanya, “Kamu tidak usah repot-repot mencari obat untuk memiliki
anak, sebab 40 hari lagi kamu akan mati. Denyut nadimu menyatakan demikian.”
Mendengar ucapannya, wanita itu ketakutan hingga tidak dapat menikmati sisa
umurnya. Dia segera menyedekahkan hartanya, menulis surat wasiat, tidak nafsu
makan dan minum. Setelah 40 hari berlalu 40 hari, ternyata dia masih hidup.
Suaminya segera mendatangi dokter tersebut dan berkata, “Hinnga saat ini
istriku masih hidup.”
“Aku tahu hal itu, sekarang pergi dan gaulillah istrimu. Ia
akan hamil,” jawab dokter.
“Bagaimana bisa ?” tanya sang suami.
“Istrimu terlalu gemuk, mulut rahimnya tertutup lemak. Aku
tahu, membuatnya kurus tidaklah mudah. Jalan tercepat untuk membuatnya kurus
adalah jika ia dapat selalu mengingat mati. Karena itu, sengaja aku katakan
kepadanya bahwa tak lama lagi dia akan mati. Nah, sekarang dia telah kurus.,
penghalang kehamilan itu telah sirna,” jawab sang dokter.
Hikmah di balik kisah
Kita mengaku takut mati, tapi perbuatan kita selama ini
mendustakan pengakuan lisan tersebut. Mati dapat datang kapan saja dan kita
mengetahui hal ini. Tetapi anehnya, kita baru merasa takut mati jika sedang
sakit atau jika nyawa kita benar-benar terancam. Dalam cerita di atas tampak
bahwa istri orang tersebut baru bisa ingat kematian dan takut akan kematian
setelah dokter menyatakan bahwa usianya hanya tinggal 40 hari lagi. Seketika
itu juga ia merubah gaya hidupnya. Ia mampu melupakan kesenangannya, makan dan
minum pun tak lagi ia perhatikan dan menjadi rajin ibadah. Aneh bukan, padahal
bisa jadi saat ini usia kita hanya tinggal sehari, dua hari, tiga hari, satu
minggu, dan lain sebagainya, siapa yang tahu... tidak ada seorang pun yang tahu
kapan dia akan meninggal dunia. Allah SWT mewahyukan :
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman, 31:34)
Pada suatu hari, Rasulullah saw menuju masjid. Di sana ada
beberapa orang sedang tertawa. Beliau saw lantas bersabda,
“Sungguh jika kalian banyak mengingat penghancur segala kenikmatan (kematian), ia tentu akan membuat kalian tidak sempat melakukan apa yang dsedang kulihat saat ini (tertawa di masjid). Oleh karena itu, perbanyaklah mengingat kematian, penghacur segala kenikmatan. Sebab, setiap hari kubur berkata, “Aku adalah rumah perantauan, rumah kesendirian, rumah yang penuh debu, rumah bagi cacing-cacing. Jika seorang Mukmin dikebumikan, maka kubur berkata kepadanya, ‘Selamat datang, dari semua yang menginjak punggungku (berjalan di muka bumi), engkaulah yang paling kucintai. Hari ini, engkau berada di dalam kekuasaanku dan ditempatku. Maka lihatlah bagaimana perlakuanku kepadamu.’ Kubur itu kemudian menjadi luas sejauh pandangan mata dan (di dalamnya) terdapat sebuah pintu menuju surga yang selalu terbuka untuknya. Sedangkan jika seorang yang penuh dosa atau seorang kafir dikebumikan, maka kubur berkata kepadanya, “Tiada ucapan salam untukmu. Dari semua yang menginjak punggungku (berjalan di muka bumi), kaulah manusia yang paling aku benci. Sekarang kau berada dalam kekuasaanku dan di tempatku. Kau akan melihat bagaimana perlakuanku kepadamu.’ Kubur itu lalu menyempit hingga membuat tulang rusuk orang tersebut berhimpitan, masuk ke dalam tulang rusuk yang lain.” Rasulullah saw lalu memasukkan jari jemarinya bagaimana keadaan tulang rusuk yang berhimpit tanah kkubur tersebut. Rasulullah saw kemudian berkata, “Allah lalu mendatangkan 70 ekor ular besar, andai satu darinya menghembuskan napasnya di muka bumi, maka tanah tidak akan mampu menumbuhkan apa pun sampai usia bumi berakhir. 70 ekor ular itu lalu menggigit dan mengoyak-oyak tubuhnya hingga tibanya waktu perhintungan amal (hisab). “ (HR. Tirmidzi)
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar