Senin, 08 April 2013
Abu Yazid dan Pemuda Kaya
Abu Yazid Al-Busthami radhiyallahu ‘anhu sering mengunjungi pemakaman. Pada suatu malam, ketika pulang dari sebuah pemakaman, beliau berpapasan dengan seorang pemuda kaya yang sedang memainkan sebuah kecapi. “Semoga Allah melindungi kita semua,” ujar Abu Yazid.
Mendengar doa itu, si pemuda menyerang Abu Yazid dan memukul
kepala beliau dengan kecapinya. Kepala Abu Yazid berdarah dan kecapi itu
sendiri pecah. Ternyata pemuda tersebut dalam keadaan mabuk dan tidak menyadari
siapa gerangan orang yang diserangnya. Abu Yazid tidak mengambil hati dan terus
saj pulang ke rumahnya. Keesokan harinya Abu Yazid memanggil salah seorang
muridnya dan berkata, “Berapakah harga sebuah kecapi?”
“Sampaikan kepada pemuda itu bahwa Abu Yazid meminta maaf
kepadanya. Katakan kepadanya bahwa semalam ia menyerang Abu Yazid dengan
kecapinya hingga kecapinya pecah. Sebagai gantinya, terimalah uang ini dan
belilah kecapi yang baru. Sedangkan makanan ini adalah sebagai penawar hatimu
karena pecahnya kecapimu,” ucap Abu Yazid.
Pemuda itu menyadari perbuatannya, ia segera mendatangi Abu
Yazid untuk memohon maaf. Ia pun
kemudian bertobat. Begitu pula banyak
pemuda-pemuda lain yang menyertainya.
Hikmah di Balik Kisah
Betapa sering kita hadapi kebodohan seseorang dengan marah
dan emosi yang menghabiskan tenaga dan menimbulkan perasaan suntuk. Padahal
Allah telah mengajarkan agar kita menyikapi kebodohan seseorang dengan
kelembutan. Allah mewahyukan :
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyanyang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (Al-Furqon, 25:63)
Kelembutan Abu Yazid membuahkan hasil, hidayah pun turun dan
sang pemuda bertobat. Semua itu berkat kelembutan hati dan sikap penuh kasih
dalam berdakwah.
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar