Senin, 08 April 2013
Kedermawanan Seorang Tuna Netra
Alkisah, suatu hari seorang pria yang terlilit hutang berjalan melewati seorang tuna netra tanpa mengucapkan salam kepadanya. Sang tuna netra pun merasa heran dan bertanya kepadanya :
“Mengapa engkau tidak mengucapkan salam kepadaku?”
“Aku malu, sebab aku masih memiliki hutang kepadamu. Aku
tidak ingin engkau mengetahui bahwa aku ada di sini,” jawab orang itu.
“Jika demikian, engkau kubebaskan dari segala hutangmu. Ayo
ikut aku ke rumahku,” ujar sang tua tuna netra.
Ia lalu mengajaknya ke rumahnya dan memuliakannya. (Habib ‘Ahmad
bin Hasan bin ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad bin Ahmad Al-Haddad, Tatsbitul Fuad, juz 2 halaman 32)
Hikmah di Balik Kisah
Ucapan salam tampak sederhana, akan tetapi sarat dengan
makna. Dalam sebuah hadist, Rasulullah saw bersabda:
“Kalian tidak akan masuk surga kecuali setelah kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman kecuali setelah kalian saling mencintai. Maukah kalian kuajarkan suatu amal jika kalian lakukan, maka kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
Jika kita simak, ucapan salam merupakan sebuah doa yang luar
biasa. Setiap orang yang mengucapkan salam telah mendoakan saudaranya dengan
tiga doa, yaitu memohonkan untuknya keselamatan, rahmat dan keberkahan.
Seseorang yang mengerti hakikat ucapan salam tentu akan merasa sangat menyesal
ketika dia tidak memperoleh ucapan salam dari Muslim lainnya. Baginya, ucapan
salam tersebut lebih berharga daripada dunia dan segala isinya.
Membayar hutang memang sebuah kewajiban yang harus
ditunaikan. Seorang yang beriman tentu akan merasa sangat malu ketika bertemu
dengan orang yang memberikan pinjaman kepadanya sedangkan ia belum mampu
melunasi hutangnya. Lain halnya dengan mereka yang tipis imannya, kendati memiliki
uang untuk melunasi hutangnya, ia enggan melunasi hutangnya, bahkan tanpa rasa
malu ia sanggup mengemukakan berbagai alasan palsu untuk mengelabui orang yang
memberikan pinjaman kepadanya. Padahal Rasulullah saw telah bersabda:
“Barang siapa meminjam harta masyarakat dengan tujuan untuk membayar, maka Allah akan melunaskan hutangnya. Dan barang siapa berhutang dengan niat untuk merugikannya (tidak melunasinya), maka Allah akan membuatnya merugi.” (HR. Bukhari)
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar