Sabtu, 02 Maret 2013
Burung Yang Patah Sayapnya
Suatu ketika Ibrahim bin Adham bertemu dengan Syaqiqi Al-Balkhi di Mekah. Dalam kesempatan tersebut Ibrahim bin Adham bertanya kepada Syaqiq :
Peristiwa apakah yang membuatmu mencapai kedudukan seperti ini ?
Suatu hari dipadang sahara, kulihat seekor burung tergeletak tidak berdaya dengan kedua sayapnya patah. Dalam hati kubertanya, "Siapakah yang memberi makan burung ini hingga ia masih dapat bertahan hidup di tengah padang sahara yang gersang ini ?"
Saat aku duduk memperhatikan burung itu, tiba-tiba tampak seekor burung terbang mendekat dengan membawa seekor belalang diparuhnya. Burung itu mendara di sampingnya dan meletakkan belalang tersebut di paruhnya. Saat itu juga kukatakan kepada diriku :
Duhai diri, ketahuilah, DIA yang mengirimkan burung ini ke tengah padang sahara hanya untuk memberi makanan kepada burung yang sayapnya patah tersebut, tentu Maha Kuasa untuk memberimu rezeki dimamapun engkau berada.
Sejak itula kuputuskan untuk tidak lagi bekerja. Kusibukkan diriku dengan berbagai ibadah, "jawab Syaqiqi.
Mengapa engkau tidak memilih untuk menjadi burung yang sehat, yang memberi makan kepada burung yang sakit, sehingga engkau menjadi lebih utamanya darinya ?
Setelah menyimak penuturan Syaqiq, Ibrahim bin Adham berkata kepadanya :
Lanjut Ibrahim bin Adham, "Apakah engkau belum pernah mendengar Rasulullah saw bersabda :
Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang dibawah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang Mukmin dalam segala urusannya, ketika dihadapkan kepada dua pilihan, maka ia akan memiilih kedudukan yang tertinggi dari keduanya, sehingga ia dapat mencapai derajat kaum Abrar."
Mendengar ucapan Ibrahim bin Adham, Syaqiq pun segera memegang telapak tangan beliau dan menciumnya sembari berkata, "Engkau adalah guruku"
Hikmah dibalik Kisah
Dalam kehidupan ini hendaknya kita selalu berusaha untuk menjadi manusia yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Semakin banyak manfaat yang ktia mampu berikan dan semakin banyak orang yang dapat mengambil manfaat dari kita, maka semkin baik pula diri kita dalam pandangan Allah, Rasulullah saw bersabda :
Manusia terbaik adlah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain. (HR Qadha'i)
Memberi dan menerima nasihat dengan tulus dan lapang dada tidaklah mudah, Kendati yang dilakukan Syaqiq tidaklah tercela, karena beliau tidak memiliki tanggung jawab kepada keluarga, dapat bersabar serta tidak berkeluh kesah, akan tetapi ketika mendapatkan petunjuk yang mengejarkannya untuk memilih sikap yang lebih mulia, beliau dengan senang hati menerima nasihat itu dan tidak sedikitpun tersinggung karenanya. Beliau bahkan mencium tangan Ibrahim dan memanggilnya guru.
dikutip dari buku Akhlak Para Wali karya Habib Naufal Alaydrus
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar