Rabu, 13 Maret 2013
Putramu Adalah Pinjaman Dari Allah
Ummu Sulaim rha, istri Abu Thalhah ra menuturkan:
Suatu hari, ketika suamiku Abu Thalhah sedang pergi, putraku
meninggal dunia. Jenazahnya kuselimuti dan kultetakkan di pojok rumah. Tak lama
kemudian Abu Thalha datang. Hari itu dia berpuasa sunnah. Kusiapkan makanan dan
ia pun berbuka.
“Alhamdulillah, keadaannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Sekaranb
ia lebih tenang, tidak kesakitan lagi,” jawabku.
Aku lalu berhias dan berdandan. Belum pernah aku berdandan
sebaik itu, sehingga di malam itu Abu Thalha ra menggauliku. Keeesokan harinya,
aku berkata kepadanya,
“Apakah engkau tidak merasas heran dengan tetanggamu?”
“Mereka diberi pinjaman, tetapi ketika barang pinjaman itu
diminta kemblai, mereka merasa sedih dan mengeluh.”
“Betapa buruk sikap mereka,” ujar Abu Thalhah.
“Ketahuilah, putramu juga sebuah pinjaman dari Allah dan
kini Allah telah memintanya kembali.”
Mendengar berita kematian putranya tersebut, Abu Thalha ra
memuji Allah, mengucapkan kalimat istirjaa (Innalillahi Wa innalillahi Roji’un)
kemudian menghadap kepada Rasulullah saw dan menceritakan peristiwa yang baru
saja dialaminya. Setelah menyimak ceritanya, Rasulullah saw bersabda:
“Ya Allah, berkatillah mereka dalam (hubungan keduanya) tadi malam”
Pembawa cerita ini berkata, “Berkat doa Rasul saw tersebut,
aku melihat 7 putra Abu Thalhah di Masjid dan semuanya ahli membaca Al-Quran.”
Sahabat Jabir ra menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Aku bermimpi masuk Surga, di sana kulihat Rumaisha, istri Abu Thalhah.
Hikmah dibalik Kisah
Luar biasa, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan
ketabahan dan kesabaran Ummu Sulaim. Hari itu suaminya pergi mencari nafkah
dalam keasaan berpuasa. Tiba-tiba putranya tercintanya meninggal dunia. Hatinya
tentu sedih. Ketika suaminya tiba, ia sadar bahwa suaminya lelah dan lapar. Sebagai
seorang istri yang shalehah, Ummu Sulaim mengetahui bahwa sangat tidak tepat
jika ia harus menyambutnya dengan berita duka. Karena itulah, ketika suaminya
menanyakan bagaimana keadaan putranya, ia menjawab dengan jujur, bahwa keadaan
putranya jauh lebih baikk. Ia yakin bahwa saat ini putranya yang belum
memiliki dosa itu berda di Surga Allah. Sebuah
jawaban yang sangat bijaksana, tidak berdusta akan peristiwa yang sebenarnya
terjadi dan sekaligus mampu menenangkan
hati suami. Ummu Sulaim lalu mempersiapkan hidangan untuk suaminya berbuka. Selepas
itu, ia berdandan demi menyenangkan hati suaminya. Coba anda bayangkan,
bagaimana kesabaran Ummu Sulaim sehingga ia dapat menyembunyikan semua
kesedihannya tersebut di balik wajah yang berseri-seri penuh senyum. Malam itu
bahkan ia sanggup melayani suaminya dengan sempurna. Keesokan harinya, di waktu
yang tepat, Ummu Sulaim baru memberitahukan kepada suaminya apa yang sebenarnya
telah terjadi. Ia mengajarkan kepada kita, bagaimana cara menyampaikan berita
duka tersebut dengan cara yang luar biasa indah. Tentu saja sang suami bingung,
apakah benar apa yang dilakukan oleh sang istri. Pagi itu juga Abu Thalhah
menghadap Rasulullah saw menceritakan apa yang telah terjadi. Beliau saw lantas
membenarkan apa yang dilakukan Ummu Sulaim dan mendoakan keduanya.
dikutip dari buku Imam Ghazali bercerita karya Habib Naufal Alaydrus
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Trimakasih, Telah membagi ilmunya ^_^
Posting Komentar