Jumat, 15 Maret 2013
Sikap Seorang Tokoh
Wahab bin Munabbih ra menuturkan :
Ada seorang lelaki shaleh dibawa menghadap raja untuk
dipaksa memakan daging babi. Berita ini terdengar oleh seluruh masyarakat. Orang
shaleh itu tentu saja tidak mau memakannya. Setelah itu Raja memaksanya untuk
memakan sekerat daging kambing. Dibawah ancaram seilah pedang, lelaki shaleh
itu tetap menolak untuk memakannya.
“Mengapa engkau tidak mau memakan daging kambing ini?”,
tanya raja kepadanya.
“semua orang tahu bahwa aku dibawa ke sini untuk dipaksa
memakan daging babi. Jika aku keluar dari istana ini dengan selamat, mereka
tentu berpikir bahwa aku telah memenuhi permintaanmu untuk makan daging babi
itu, sehingga mereka akan tersesat,”jawab orang shaleh itu.
Hikmah di Balik Kisah
Seandainya kita menjadi seorang tokoh yang diteladani, maka
kita harus berhati-hati dalam segala hal, jangan sampai kita menjadi penyebab
tersesatnya masyarakat. Sebab, mereka memperhatikan dan meledani ucapan dan
perbuatan kita. Rasulullah bersabda:
“Barang siapa mencontohkan suatu perbuatan yang baik kemudian diamalkan oleh orang lain, maka dia mendapatkan pahalanya dan pahalan semua orang yang mengamalkan perbuatan itu tanpa sedikit pun mengeurangi pahala mereka. Dan barang siapa mencontohkan perbuatan buruk, yang kemudian perbuatann tersebut diamalkan oleh orang lain, maka dia mendapatkan dosanya dan dosa semua orang yang mengamalkannya tanapa sedikit pun mengurangi dosa mereka. (HR. Ibnu Majah)
Oleh karena itu, demi menyelamatkan masyarakat, lelaki
shaleh dalam cerita diatas rela mengorbankan nyawanya. Dia tidak ingin
masyarakat tersesat.
Seseorang yang mencontohkan keburukan, kemudian dia
meninggla dunia sebelum bertobat dengan benar, maka di dalam kubur dia mendapat
kiriman-kiriman dosa dari perbuatan buruk orang lain yang mencontoh perbuatannya
tersebut. Oleh karena itu, mari kita berhati-hati agar tidak menjadi contoh
buruk bagi orang lain.
Wahab bin Munabbih bin Kamil bin Sih bin Dzi Kibar, lahir di
Yaman pada masa pemerintahan Syadina Utsam, yaitu pada tahun 34 H. Beliau ra
menguasai kisah-kisah Israiliyat dan hikmah alhi kitab. Mutsanna bin Shabbah
menceritakan bahwa Wahhab bin Munabbih selama 40 tahun tidak mencaci satu
makhluk yang bernyawa dan selama 20 Tahun shalat Shubuh dengan wudhu Isya.
(Lihat Siar A’lam Nubala juz 3 halaman 396
dikutip dari buku Imam Ghazali bercerita karya Habib Naufal Alaydrus
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar