Senin, 15 April 2013
Nabi Menghibur Sahabat yang Kehilangan Putranya
Di antara sekian
banyak sahabat yang aktif menghadiri majelis Rasulullah shallahu ‘alahi wa sallam, ada seorang sahabat yang senantiasa
datang bersama putranya yang masih kecil. Ia suka mendudukan putranya itu di
hadapannya. Suatu hari, Rasulullah shallahu
‘alahi wa sallam bertanya kepadanya :
“Apakah kau mencintainya?”
“Duhai Rasul,
semoga Allah mencintaimu sebagaimana aku mencintai putraku ini,” jawabnya. (ucapan ini menunjukkan bahwa
ia sangat mencintai putranya tersebut)
Suatu hari, putra
yang sangat dicintainya itu meninggal dunia, sehingga ia tidak dapat hadir
dalam majelis Rasulullah shalallahu ‘alahi
wa sallam. Ia selalu teringat kepadanya. Rasulullah pun segera menanyakan
keadaan lelaki itu kepada para sahabat :
“Mengapa Fulan tidak hadir, apa yang terjadi dengannya?”
“Duhai Rasul,
putranya yang biasa engkau lihat, meninggal dunia,” jawab para sahabat.
Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam segera
mengunjungi sahabatnya itu dan menanyakan keadaan putranya. Ketika ia
memberitahukan kepada beliau bahwa putranya itu telah meninggal dunia, maka
Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam mengucapkan bela-sungkawa kepadanya dan
berkata :
“Duhai Fulan, mana yang lebih kamu sukai, engkau bersenang-senang dengan anakmu sepanjang hidupmu atau ia meninggal dunia terlebih dahulu dan nanti ketika kamu berjalan menuju salah sastu pintu surga, ternyata ia telah menantimu di sana dan membukakan pintu surga itu untukmu?”
“Duhai Rasul, tentu
aku lebih suka jika ia terlebih dahulu menantiku di depan pintu surga dan
membukakan pintu itu untukku,” jawabnya.
“Nah, itulah yang kamu peroleh,” sabda Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam.
Mendengar berita
gembira ini para sahabat bertanya kepada Beliau saw :
“Duhai Rasul,
keistimewaan ini hanya untuknya saja, ataukah juga berlaku untuk kami semua?”
“Ini juga berlaku untuk kalian semua,” jawab Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam kisah diatas,
ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik. Seorang pemimpin majelis,
hendaknya ia peka terhadap kondisi orang-orang yang hadir di majelisnya.
Berusaha mengenal lebih dekat. Jika mereka tidak tampak hadir, berusaha untuk
mengetahui penyebabnya. Jika ia mengalami kesulitan, bertindak untuk
menolongnya. Jika ia sedih, maka berusahalah untuk menghiburnya. Sehingga
terjalinlah cinta kasih di antara sesama muslim, yang indah dan membawa
kedamaian bagi segenap alam. Demikianlah majelis Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, penuh
kasing sayang, saling menghormati dan mencintai.
dikutip dari buku Akhlak Nabi karya Habib Naufal Alaydrus
Label:
akhlak para nabi,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Suhanallah.... tak terasa cucuran air mataku keluar (y)
Posting Komentar