Senin, 15 April 2013
Nabi Menjenguk Ibu yang Dirundung Duka
Apa yang sangat
diinginkan oleh seorang wanita setelah ia menikah? Keinginan untuk menjadi
seorang ibu. Setiap wanita memang berkeinginan menimang anaknya, merawat dan
mendidiknya dengan baik. Setiap hari ia berdoa dan berharap untuk dapat
mengandung. Ketika saat yang dinanti itu tiba, hatinya pun berbunga-bunga.
Selama berbulan-bulan ia kandung sang bayi dengan penuh cinta, meski harus
mengalami banyak hal yang tidak ringan, dan menyusahkan. Saat sang bayi
terlahirkan, nyawa pun ia pertaruhkan, rasa sakit yang luar biasa ia tahan.
Semua kepedihan itu segeera sirna dan berubah menjadi senyum bahagia, ketika
suara tangis baya yang ia nanti terdengar. Seakan tak pernah ada derita yang
mengirigi kelahirannya. Hari demi hari merawat dan menyusuinya dengan cinta
dan kasih yang tiada terkira. Lalu bagaiamanakh kiranya hait sang ibu, ketika tiba-tiba sang bayi pujaannya, kembali kepada Yang Maha Kuasa? Tentu ia bersedih.
dan kasih yang tiada terkira. Lalu bagaiamanakh kiranya hait sang ibu, ketika tiba-tiba sang bayi pujaannya, kembali kepada Yang Maha Kuasa? Tentu ia bersedih.
Suatu hari, berita
kesedihan seorang wanita Anshar yang kehilangan bayinya, terdengar oleh
Rasulullah yang penuh cinta. Getaran kesedihan tersebut Beliau rasakan. Rasa
cinta dan kasih sayang yang melimpah dalam jiwa beliau shalallahu ‘alahi wa sallam membuatnya tidak dapat duduk diam.
Beliau pun segera bangkit menuju rumah sang ibu bersama sejumlah sahabat untuk
menghibur hatinya. Sesampainya di sana, beliau shalallahu ‘alaihi wasallam berkata dengan lembut kepadanya :
“Kudengar engkau sedang bersedih?”
“Bagaimana aku
tidak bersedih, bayiku meninggal dunia sedangkan aku tidak memiliki anak yang
hidup bersamaku.”
“Sesungguhnya orang yang tidak punya anak adalah ia yang anaknya masih hidup. Ketahuilah setiap muslimah yang tiga anaknya meninggal dunia, kemudian ia mengharap pahala dardi Allah atasnya, maka ia pasti mendapatkan surga,” jawab Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam menghiburnya.
Mendengar sabda
Rasul shalallahu ‘alahi wa sallam ini
‘Umar bin Khatab ra berkata :
“Bagaimana jika
hanya dua anaknya yang meninggal, wahai Rasul?”
“Meskipun hanya dua,” jawab beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Ad-Durrul Mantsur dan Musnad Imam Ahmad)
Kepekaan terhadap penderitaan orang lain, perhatian
terhadap kesedihan seseorang, merupakan suatu hal yang harus diteladani dari
akhlak Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wa
sallam. Ia hanyalah seorang wanita Anshar yang tidak beliau kenal. Ketika
mendengar kesedihan wanita itu, Nabi shalallahu
‘alahi wa sallam segera datang dan menghiburnya. Siapa yang tidak akan
terhibur, ketika Nabi shalallahu ‘alahi
wa sallam datang ke rumahnya dan mengatakan surga sebagai ganti anaknya,
jika ia mau mencari pahala di sisi Allah dengan bersabar atas musibah yang
dialaminya tersebut.
Demikianlah budi pekerti indah pemimpin seluruh umat,
pemimpin para Nabi dan Rasul, baginda Muhammad shalallahu ‘alahi wa sallam.
Label:
akhlak para nabi,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar