Jumat, 12 Juli 2013
Kehidupan Rabi’ah ‘Adawiyah
Jalur Keturunan
Rabi’ah adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap
Rabi’ah binti Ismail Adawiyah, beliau dilahirkan di kota Basrah pada tahun 95
H. Oleh ayahnya beliau diberi nama Rabi’ah karena beliau adalah putri ke empat
dari 3 putri lainnya.
Kehidupan Rabi’ah
Rabi’ah adalah seorang sufi yang hidup dalam lingkungan
keluarga yang miskin, bahkan ketika beliau lahir tidak ada satu lampupun yang
dapat digunakan untuk menerangi ketika beliau lahir.
Karena kehidupan yang miskin itulah, ssehingga memaksa
penderitaan yang dialami silih berganti. Di samping sebagai hamba sahaya,
beliau mempunyai kepandaian memainkan alat musik, kepandaian inilah yang
dimanfaatkan majikannya untuk memberi hiburan kepada majikannya yang rakus
dengan harta dunia.
Dalam kehidupan sebagai hamba sahaya yang selalu di kekang
dan diperas oleh majikannya, membuat Rabi’ah selalu berdo’a kepada Allah untuk
meminta petunjuk kepada Allah. Dengan penderitaan yang dialami ini, Rabi’ah
tidak menyia-nyiakan waktu luangnya untuk berdo’a kepada Allah, baik itu di
pagi hari, siang hari dan pada waktu
malam hari.
Disamping beliau selalu memanjatkan do’a, setiap hari amalan
ibadah yang dilakukan Rabi’ah tambah meingkat seperti dengan memperbanyak
tobat, dzikir, puasa serta menjalankan shalat siang dan malam. Bahkan ketika
beliau melaksanakan shalat sampai meneteskan air mata karena merasa rindu
kepada Allah.
Keistimewaan Rabi’ah
Sebagai seorang sufi ada beberapa keistimewaan dan kelebihan
yang dimiliki Rabi’ah, diantaranya adalah:
- Pada saat beliau memanjatkan do’a kepada Allah, beliau sering mendapatkan bisikan : “Jangan engkau bersedih hati, karena kelak dikemudian hari orang-orang dekat kepadaKu (Allah) akan cemburu melihat kedudukanmu”
- Rabi’ah dapat meluluhkan hati majikannya yang keras dan kejam setelah mendengar do’a yang dibaca Rabi’ah pada suatu malam. Setelah mendengar do’a yang dibaca Rabi’ah itu lalu pada pagi harinya Rabi’ah dibebaskan oleh majikannnya dan beliau kembali ke Desa asal tempat kelahirannya
- Sebagai seorang sufi, Rabi’ah sangat cinta kepada Allah hingga orang-orang datang kerumahnya untuk minta saran, pelajaran atau sekedar berkah dari padanya, bahkan hanya untuk sekedar bersilaturrahmi. Banyak para tokoh-tokoh sufi yang bersilaturrahmi kepada Rabi’ah diantaranya adalah : Malik bin Dinar, Sofyan Tsauri dan banyak tokoh-tokoh yang lain.
- Pada suatu malam Rumah Rabi’ah pernah didatangi pencuri, ketika pencuri itu tiba di rumah Rabi’ah, ditemuinya sedang berdo’a, dan pencuri menunggu Rabi’ah sampai selesai berdo’a, setelah selesai memanjatkan do’a, lalu Rabi’ah mengajak para pencuri itu untuk memanjatkan do’a bersama-sama dan pencuri itu menerima ajakan Rabi’ah dan setelah selesai memanjatkan do’a para pencuri itu pulang dan pada pagi harinya pencuri itu ikut sebagai peserta pengajian Rabi’ah.
Pokok Pikiran Rabi’ah
Sebagai seorang Sufi, ada beberapa pokok pikiran yang
dihasilkan oleh Rabi’ah, diantaranya adalah :
- Kehidupan yang hina atas dasar Zuhud, dan mengisinyaa dengan selalu beribadah kepada Allah yang akan menjadi tumpuan cintanya kepada Allah, sebagaimana yang ia katakan : “Aku tinggalkan cintanya Laila dan Su’da mengasing diri. Dan kembali bersama rumahku yang pertama, Dengan berbagai kerinduan mengimbauku, Tempat-tempat kerinduan cinta abadi.
- Cinta Rabi’ah adalah cinta abadi kepada Tuhan yang melebihi segala yang ada, cinta abadi yang tidak takut kepada apa saja walau kepada nerakan sekalipun, pernyataanya yang terkenal ialah: “Kujadikan Engkau teman percakapan hatiku, Tubuh kasarku biar bercakap dengan insani, Jasadku biar bersengkrama dengan tulangku, Isi hati hanyalah tetap pada Mu jua...”
- Ibadah yang ditegakkan siang dan malam, semata-mata karena cinta abadi itu, sebagaimana pernyataannya : “Sekiranya aku beribadah kepada Engkau, Karena takut akan siksa neraka, Biarkan neraka itu bersamaku, Dan jika aku beribadat karena harap akan surga, Maka biar jauhkan aku surga itu, Tetapi bila aku beribadat karena cinta semata, Maka limpahkan keindahan Mu selalu...”
- Maqom tertinggi tentang ajaran tasawuf yang dikembangkan oleh para tokoh para sufi adalah : “Kucintai Engkau lantaran aku cinta, Dan lantaran kau patut dicintai, Cintakulah yang membuat rindu padaMu, Demi cinta suci ini, bukalah, Tabir penutup tatapan sembahku, Janganlah Kau puji aku lantaran itu, Bagi Mulah segala puja dan puji...”
Wafatnya Rabi’ah
Rabi’ah ‘Adawiyah wafat pada tahun 185 H di kota
kelahirannya yaitu Basrah.
Sumber : Buku Kisah
Kehidupan Para Sufi Terkemuka
Karya Ust. Labib, Mz dan
Drs. Farid Abdullah
Label:
akhlak para wali,
kisah para wali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar